stasiun
Post Format

Berwisata Signage di Jepang

Diam-diam saya punya ketertarikan dengan public signage. Melihat bagaimana beragamnya papan penunjuk jalan atau papan informasi di beberapa negara meninggalkan kesan sendiri untuk saya. Adakah teman-teman di sini yang memiliki ketertarikan yang sama?

21st Century Museum of Contemporary Art

21st Century Museum of Contemporary Art

Beberapa waktu lalu saya pergi ke Jepang selama 10 hari. Kota dengan tone yang sangat saya suka. Tak usahlah kita membahas betapa bagusnya transportasi umum di Jepang. Jakarta seperti tertinggal 100 tahun lamanya dari kota-kota yang saya singgahi di Jepang. Mari kita tinggalkan bagian ini, karena sedih saja membahasnya.

Balik lagi ke signage. Signage berasal dari term signs. Menurut Wikipedia, signs are any kind of visual graphics created to display information to a particular audience. This is typically manifested in the form of wayfinding information in places such as streets or on the inside and outside of buildings. Signs is a symbol to transfer information with words or pictures to other people.

Signage sudah ada dari zaman Romawi. Di zaman itu penanda digunakan sebagai petunjuk arah bagi bangsa Romawi yang dibuat dengan petunjuk-petunjuk angka sepanjang jalan untuk memberi tahu para pengelana, jarak dari titik itu ke Roma. Jadi memang pada dasarnya signage diperuntukkan sebagai sumber informasi untuk orang-orang yang ingin berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Bagi kalian yang tinggal di Jakarta, pasti tahu bagaimana signage, ataupun penunjuk jalan begitu buruk, tidak informatif, tidak tourist-friendly dan ya, membosankan. Perbedaan ‘experience’ ini semakin terasa sangat signifikan ketika kita berada di luar negeri. Dan ketika ada kesempatan trip ke kota yang lebih maju dari Jakarta, saya sangat menikmati berada di jalan. Karena notabene mereka sudah lebih aware betapa pentingnya signage bagi pendatang. Begitupun di Jepang.

Apa yang membuat signage di Jepang menarik? Selain informatif, yang pertama adalah kombinasi aksara dan ikon yang mereka gunakan. Dibalut dengan ikon yang well-designed. Bayangkan saja, di negara dengan mayoritas huruf kanji. Saya masih bisa menemukan informasi yang saya butuhkan di sana, bahkan ketika tidak diikuti dengan huruf latin.

umbrella holder signs

Karena di Jepang kami bepergian banyak menggunakan kereta, favorit saya adalah signage di setiap area stasiun kereta di Jepang. Membaca, mengamati papan penunjuk train line, exit board, city map dan logo-logo atau ikon yang menyertainya selalu menjadi kesenangan sendiri. Tidak hanya memudahkan perjalanan kami, tapi seperti menyegarkan mata. Sedikit tips untuk lebih memudahkan, ada baiknya browsing cara ke tempat tujuan dengan Google Maps terlebih dahulu. Di beberapa kota yang sudah bagus transportasi publiknya biasanya akan tersedia informasi cara termudah dan tercepat menuju destinasi. Lengkap dengan alat transportasi apa, rute, menit, dan cost perjalanan anda. Di stasiun, anda tinggal menemukan signage yang tersedia. Cukup menghemat waktu perjalanan.

Area ke-2 favorit saya, signage di area touristy. Everything is well designed. Melengkapi experience kita dalam menikmati destinasi. Saya menemukan satu signage favorit di area Bamboo Forest di Kyoto dan di Shirakawago.

Sirakawago (left), Bamboo forest (right)

Sirakawago (left), Bamboo forest (right)

Begitulah salah satu yang bisa saya share dari trip Jepang kemarin. Banyak sebenarnya yang mau saya share di sini. Tapi sepertinya Dhika punya cerita yang lebih menarik dari trip Jepang kemarin. Karena dia yang membuat itinerary Japan trip kita kemarin. Kalau nggak ada dia, saya nggak akan menginjakkan kaki di Osaka, Kyoto, Kanazawa, Shirakawago, dan Tokyo. Arigato Gozaimas!

Farhan Noor

Posted by

I like to explore the world, but would love to start with Indonesia. Started to love diving