Begitu mengutip Willy Irawan. Dua hari kenalan sama yang namanya freediving. Dari mulai kagum sama ‘kecantikannya’ lalu ‘berusaha ngejar’. Tapi memang perkenalan pertama nggak selalu mulus yah?
Dimulai dengan pertemuan pertama dengan Galih, jajaka Bandung yang bekerja sebagai instruktur freediving di Tulamben. Kami bertemu ketika diving trip awal tahun baru 2016. Waktu itu sih, baru banget kenal sama menyelam jadi baru tahu sekilas aja tentang freediving. Awalnya cuma nanya dan ingin tahu seberapa lama dan dalam kapasitas orang bisa menyelam tanpa tangki di air atau laut. Dengar jawabannya Galih kok jadi makin penasaran. Masa bisa sih orang masuk ke ratusan meter di dalam laut tanpa tangki? Memangnya bisa ya kita menahan nafas di dalam air selama itu?
Pulang ke Jakarta dengan tanda tanya baru dan mencoba cari tahu apa itu freediving lewat ‘mbah Google’.
Si Cantik, bikin penasaran.
Mupeng. Melihat beragam artikel, foto, dan video tentang menyelam bebas ini. Ada yang masuk ke wreck, berenang sama manta, atau yang memang latihan-latihan aja. Beneran loh orang-orang ini bisa dengan mudahnya berenang ke dalam laut hanya dengan satu napas aja.
Waktu pameran Deep and Extreme di bulan Maret tahun ini, saya dan teman-teman Brotrip sekalian mampir ke booth-nya Apnea Bali untuk bertemu Galih. Dari ngobrol kecil dan terpikat dengan tawaran harga menarik pada saat event, saya daftar untuk ikut beginner course freediving di Apnea Bali.
Ngapain saja kenalan selama dua hari?
Melalui Galih, perkenalan ini menjadi resmi dimulai. Dari dua hari pertemuan kira-kira ini yang masing nyangkut di hati dan kepala..
- Berlatih bernafas dengan baik dan benar.
Ada beberapa teknik pernapasan yang diajarin selama dua hari. Dari mulai mengisi udara di perut, dada, dan teknik breath up: menghirup udara ke dalam perut dan dada dalam satu waktu, dan mengeluarkan dalam satu waktu. Semua harus pelan dan setenang mungkin. Nggak boleh tuh narik nafas kencang sampai uratnya keliatan atau sampe kencang semua badan. - Equalize!
Sama seperti menyelam dengan scuba, equalize itu penting banget supaya gendang telinga kita nggak rusak. Sesering mungkin ya. Jangan pernah paksain nyelam kalo gak bisa equalize.
- Duck dive
Pertama kali mencoba duck dive bersama Delima dan Acionk waktu awal-awal freediving di kolam renang. Yang mungkin sebenernya banyak yang sudah coba kalau sedang snorkeling di laut. Intinya masukin kepala ke air dengan posisi awal badan 90 derajat dan dilanjutkan dengan kaki yang ngikutin posisi badan. Ini aktivitas yang paling saya suka. :p
- Long fins are…
Super heavy. Di hari kedua kita baru mencoba fins khusus ini dan ternyata nggak gampang loh. Fins ini memang dibuat dengan bahan khusus untuk penyelam bebas. Waktu belajar kicking kaki saya sempet keram beberapa kali. Gimana nggak? Sambil nahan nafas, sambil belajar kicking yang benar, dan ditambah finsnya memang berat. Setelah beradaptasi beberapa kali, baru deh mulai terbiasa. Buat yang baru nyoba latihan nggak perlu buru-buru beli long fins. Coba pinjem punya temen dulu daripada rugi udah beli kemahalan eh nggak kepake.
- Never dive alone.
Jangan pernah sendiri. Cari teman yang baik dan punya kualitas cukup untuk menemani selama penyelaman. It’s a must for your own safety. Cari teman selama latihan yang tahu tindakan ketika terjadi black out dan rescue lainnya. Freedive ini aktivitas yang aman selama kita mengikuti prosedur yang seharusnya.
- Free dive = Free your mind
Nah ini kalo kata coldplay “the hardest part”. Dan ini tantangan terberat selama dua hari..Beda dengan Willy yang waktu pertama kali nyemplung langsung cepat banget ngikutin dan ‘pdkt’ sama laut. Usaha saya cukup berat karena saya selalu paranoid kehabisan nafas. Belum lagi ditambah dengan perasaan dan pertanyaan: ‘ini sudah berapa dalam ya?’. Kaki mulai terasa lebih dingin, cahaya terasa lebih gelap. Sekejap langsung deh badan minta untuk bernafas karena panik. Langsung segera naik ke atas. Ngelawan perasaan ini cukup lama dan bikin galau. Galau karena yang lain kok bisa tapi saya nggak? Galau apa saya beneran gak bisa? Ternyata freediving bukan cuma tentang nyelam aja, banyak juga latihan mentalnya. Syukurnya Willy dan Galih sabar sekali untuk dukung saya :). you guys are super awesome!
Di akhir latihan, maksimal kedalaman yang bisa saya capai baru 15 meter saja. Lalu, setelah latihan saya ngobrol dengan Willy dan dapet tips gimana caranya ngelawan semua rasa parno tersebut. Dan nyesel, kenapa nggak mencoba waktu latihan di laut. Ketika pulang, rasanya seperti ‘digantung’ karena usaha yang nggak maksimal. Freediving meninggalkan penasaran. Penasaran untuk bisa lebih dalam lagi. Penasaran untuk bisa lebih lama, dan penasaran untuk bisa lebih tenang lagi.
Well kata Galih, “at the end of the day it’s not how deep you dive it’s how you control and enjoy yourself”.
Sampai bertemu lagi di bawah sana.