Traveling dengan pesawat bukan lagi hal yang mewah, wah, “WAH”. Semenjak kemunculan budget airlines. Line demi line antrian di counter check-in berbagai bandara makin memanjang. Panjang, hingga kadang berkelok ke kiri – terus ke kanan, kanan lagi, lalu kiri lagi. Berkelok hingga kata-kata sarcasm sampai hiperbola tidak bisa menggambarkan situasinya.
Traveling dengan pesawat budget otomatis fasilitas terbatas. Terbatas sebenernya bukan bahasa yang pas sih. Soalnya terbatas juga karena kita yang in the control untuk memilih fasilitasnya. Karena fasilitas lain mulai dari entertain hingga makanan akan dikenakan extra charge. Karena kita yang in charge, fasilitas-fasilitas yang dirasa tidak perlu ya tidak dipilih. Salah satunya adalah tidak memilih opsi bagasi (excees bagage).
Biarkanlah barang bawaan, meskipun banyak – dibawa masuk ke dalam pesawat untuk lalu meletakkannya di atas compartment. Bahasa halusnya, ngirit.
Alasan tersebut sah-sah aja jika;
1. TIDAK MEMBAWA LEBIH DARI DUA TAS.
Kalo KB, dua anak cukup. Maka Traveling tanpa bagasi, dua tas cukup.
Tas pertama mungkin yang isi baju-celana-dan barang-barang yang bisa bikin kita nggak keliatan kayak orang purba. Tas kedua adalah tas yang isinya alat-alat yang bisa bikin traveling makin memorable seperti laptop dan kamera, serta barang-barang berharga macem paspor dan duit.
Selebihnya, udah lah lupakan. Nggak perlu lagi nenteng-nenteng J-CO, Krispy Kreme, Beard Papa’s, kardus indomie, sampe tas KW yang isinya Pop Mie. Soalnya kalo kalian bawa lebih dari dua tas, maka akan merugikan orang lain.
Pertama, terpaksa mengambil hak space compartment milik orang lain. Kedua, angkat-angkat sampe keringetan dan menghambat antrian di belakangnya hingga stuck – nggak bisa maju-mundur cantik Syahrini. Akhirnya cuma bisa siul-siul nggak penting, bergumam dalam hati, ngegerendeng, stress, lalu sakit kepala. Kasian dan tertindaslah pokoknya.
2. TAKUT KEHILANGAN BARANG BERHARGA!
Alasan satu ini memang bisa dimaklumi. Apalagi seorang teman pernah mengetes meletakkan sebuah handphone Rp.300ribu-an ke dalam tas bagasinya, dan saat mengambil bagasi di tempat tujuan, handphone tersebut rahib!
Pas diadukan, sang petugas malah menyalahkan kenapa handphone tersebut dimasukkan ke dalam bagasi? Lalu, ia cuma bisa membuatkan laporan tanpa follow–up lebih lanjut hingga detik ini tulisan dibuatkan.
Lesson learned! Jangan pernah taro barang berharga di bagasi! Tapi jangan jadikan ini alasan tidak mau pake bagasi, kalo bawaan kalian udah lebih dari dua tas.
2. MASIH TERJEBAK DI STEREOTYPE ORBA!
Stereotype ini hinggap karena di bandara-bandara besar Indonesia, hingga jaman pak SBY kemarin masing memiliki sistem management & informasi bagasi yang belum cukup mumpuni. Berbeda memang jika berkaca ke bandara-bandara besar di negara negara yang tadinya belajar dari Indonesia.
Malaysia contohnya, informasi di row berapa hingga eskalasi berapa lama lagi bagasi akan datang bisa didapatkan dengan mudah. Di KLIA 2, kita bisa tau apakah bagasi sudah keluar? Lalu adanya di row berapa? Lengkap dengan eskalasi waktunya berapa menit lagi bagasi akan keluar?
Tapi itu dulu! Di bawah kepemimpinan bapak Jonan, sekarang udah lumayan kok. Meskipun memang belum ada sistem pemberitahuan berapa menit lagi bagasi akan tiba, tapi sudah tidak selama dan semerawut dulu.
3. NGGAK TAU DIRI DAN MAU BURU-BURU!
Alasan buru-buru adalah alasan mereka yang tidak tau diri. Udah tau naik budget, mau nyaman. Kalo emang buru-buru, jangan naik budget airline. Naik full service airline dan pilih kelas bisnis atau first class.
Dijamin nggak perlu repot antri ambil bagasi, karena pas sampe di depan row bagasi, tuh bagasi udah diambilin sama petugas maskapai dan nunggu untuk dibawa pulang. Kalo petugasnya mau dibawa pulang juga, ya monggo di-nego!
Yah, intinya jangan neglunjak lah. Kalo perginya naik budget airlines tau diri sedikit! Mau murah kok banyak maunya. Terus, naik budget kok banyak belanjaannya?
4. NGGAK BISA LIAT SITUASI!
FYI, bagi kalian yang merencanakan traveling ke Jepang dan tidak membeli bagasi tapi barang bawaan banyak, maka siap-siaplah untuk bayar extra saat mau check-in. Memang dibeberapa negara ASEAN masih kadang-kadang lolos. Tapi di Jepang, JANGAN HARAP!
Seperti di Haneda Tokyo contohnya. Kami pernah melihat dua anak muda Indonesia tidak memesan bagasi, namun barang tentangannya banyak. Mulai dari Tokyo Banana, MiuMiu, sampe souvenir dari Disneland.
Saat itu petugas tidak membolehkan dia masuk ke pesawat jika membawa barang bawaan tersebut. Jadi, either dia tinggalin barang-barang belanjaannya, atau dia harus bayar bagasi yang kala itu harganya 3 kali lipat daripada memesan online.
Kala itu, sebenernya bagasi kami space-nya masih banyak. Jadi, kalo menganut asas tepo seliro bisa saja menawarkan menggunakan space yang tersisa ke mereka. Tapi, kalo memang dia udah beli bagasi dan ternyata over-weight, dengan senang hati akan kami bantu.
Tapi karena dia tidak membeli, kami memutuskan untuk memberikan dia pelajaran. Pelajaran yang mungkin nanti akan di share dan dijadikan anjuran kepada teman atau saudara-saudaranya; “Kalo memang barang bawaannya banyak, jangan sungkan menggunakan bagasi!” Jadi alasan-alasan diatas tidak lagi jadi alasan BASA-BASI!
—
Intinya sih ya, coba lebih wise menanggapi persoalan bagasi ini. Kasian flight attandance kalo barang bawaannya banyak. Mereka nggak di training untuk angkat-angkat dan mengatur bagasi kita di compartment. Moso mereka mesti kerepotan ngurusin barang-barang bawaan yang seringkali overload di compartment?
Terus, kasian itu penumpang lain yang dirugikan. Apalagi kalo sampe akhirnya gara-gara persoalan compartment pesawat jadi delay!